Rabu, 24 Juni 2009

Berita Kota

Lahan PertanianTerancam Kekeringan

MEDIA JAMBI—Ribuan hektar areal pertanian di beberapa tempat di Provinsi Jambi terancam kekeringan. Selain faktor musim kemarau, kondisi ini terjadi akibat minim dan kurangnya perawatan pada saluran irigasi yang ada.
Pantauan Media Jambi di Desa Danau Kedap Kecamatan Maro Sebo Kabupaten Muarojambi, Jum’at (29/5) lalu menggambarkan, seluruh areal sawah terancam kekeringan. Bahkan dipastikan petani, jika dalam dua minggu kedepan hujan tidak turun, maka mereka tidak akan bisa menanam padi.
“Padahal, sawah ini mata pencaharian kami sehari-hari,” ujar Suhaimi, warga RT 05 Desa Danau Kedap Kabupaten Muarojambi. Dari tahun ketahun, produksi yang dihasil sawah Suhaimi terus berkurang.
Pertumbuhan padi di tiap petak tidak tumbuh merata. Hanya bagian yang tergenangi air dapat tumbuh subur dan memberikan hasil maksimal. Sejauh ini, tidak ada irigasi teknis maupun non teknis yang mengairi areal sawah di Desa Danau Kedap.
Untuk mencukupi kebutuhan air, petani menahan air dari sungai menggunakan jerami membentuk pematang-pematang. Dari genangan ini, petani kemudian menanam padi. Dalam setahun, petani hanya dapat menanam satu kali dengan hasil yang sangat minim. Untuk tiga bidang berukuran sekitar setengah hektar, petani hanya memperoleh sekitar 40 karung gabah.
Jumlah ini, hanya cukup untuk kebutuhan makan satu keluarga selama setahun dan tidak dapat dijual. Padahal, menurut Suhaimi, sebagian petani tidak memiliki pekerjaan sampingan selain bertanam padi.
Ketika musim kemarau, sebagian besar warga desa terlihat membersihkan rumput ilalang yang tumbuh memenuhi sawah. Rumput ini tumbuh, karena sawah tidak tergenang air sehingga menyulitkan mereka menanam padi.
Nilawati, warga RT 01 mengatakan, dibutuhkan waktu hingga dua bulan untuk membersihkan lahan dari rumput. “Kalau dibiarkan begini, kami tidak bisa menanam padi,” ujar Nilawati sambil menyabit rumput.
Menurut Nilawati, sekitar tahun 2004 pernah ada rencana membangun saluran irigasi di Danau Kedap. Namun sayang, hingga kini rencana tersebut belum juga terealisasi. Sehingga produksi yang dihasilkan tidak maksimal dan petani selalu terancam kekeringan.
“Padahal, ratusan hektar sawah disini sangat membutuhkan irigasi untuk menjamin pasokan air,” tambah Nilawati.
Sekarang, dalam satu tahun mereka hanya memperoleh 15 karung gabah. Jumlah ini, sangat jauh berkurang dari produksi tahun-tahun sebelumnya. Musim tanam hanya bisa satu kali dalam setahun. Masa tanam ini, mencapai enam bulan lebih. Karena dipengaruhi musim dan tergantung pada debit air sungai yang mengairi sawah.
Saman, Warga RT 05, memanfaatkan pinggiran Sungai Batanghari untuk bertanam padi dan jagung. Namun tetap saja, kondisi musim kemarau mengancam tanaman padi mereka. Terlebih, sama sekali tidak ada pengairan yang dibuat di petak-petak sawah mereka.

Tidak terawat
Pantauan Media Jambi di Desa Mekar Sari Kecamatan Kumpe Ulu Kabupaten Muarojambi, Sabtu (30/5) memperlihatkan, sebagian besar pintu air tidak terawat dan kurang terurus.
Di beberapa tempat, atap atau penutup pintu air terlihat rusak, sedang di tempat lain, pintu air tersumbat sampah dan ilalang yang memenuhi kanal-kanal. Amri, Petugas Penyuluh Lapangan (PPL) Desa Mekar Sari mengatakan, di desa ini terdapat 3.000 hektar lahan pertanian. Dari jumlah itu, 1.000 hektar merupakan lahan jagung dan tanaman palawija lainnya.
Terdapat 33 pintu air dengan jarak 1,5 kilometer setiap pintu air. Diakui, banyaknya rumput yang memenuhi saluran primer dan sekunder menyebabkan aliran air tidak lancar keseluruh areal pertanian.
“Diperlukan upaya normalisasi saluran primer dan sekunder di sepanjang aliran air,’ ujar Amri, Minggu (31/5) lalu. Upaya ini, menurutnya dapat dilakukan dengan membersihkan kanal dari rumput dan ilalang yang tumbuh subur.
Kabag Perencanaan Dinas Pertanian Provinsi Jambi, Fachruddin mengakui, infrastruktur jaringan pedesaan seperti saluran irigasi di Jambi masih minim. Sebagian besar petani areal pertanian masih mengandalkan sawah pasang surut, sawah lebak, tadah hujan.
“Irigasi teknis dan non teknis memang sedikit,” ujar Fachruddin. Irigasi teknis hanya terdapat di Kabupaten Kerinci, Bungo, Tebo dan sebagian Kabupaten Merangin. Diakui pula, saluran irigasi yang memadai akan meningkatkan produktifitas dan luas tanam para petani.
Syarat irigasi teknis, harus memiliki sumber air seperti waduk dan pengedaman. Daerah Muarojambi, khususnya Desa Danau Kedap sendiri tidak memiliki sumber air yang cukup untuk dibuat saluran irigasi teknis.
“Daerah Muarojambi malah menjadi daerah pembuangan air,” ujar Fachruddin. Untuk Desa Danau Kedap, sistem pengairannya cocok menggunakan irigasi model pompa. Yaitu memompa air dari sungai untuk kemudian dialirkan ke areal pertanian yang ada di Danau Kedap.
Pembangunan teknis saluran irigasi, adalah tanggung jawab Dinas Kimpraswil. Sedangkan Dinas Pertanian bertanggungjawab pada irigasi ditingkat petani dalam bentuk pengolahan air di petak-petak sawah.
Disebutkan Fachruddin, pada tahun 2009 dan 2010 akan diturunkan Dana Alokasi Khusus (DAK) dari pemerintah pusat ke tiap Pemerintah Kabupaten/Kota, untuk pembangunan irigasi dan pencetakan sawah baru.
Data Media Jambi menyebutkan, dalam PPAS APBD Provinsi Jambi tahun 2009, disiapkan anggaran sekitar Rp 36 miliar guna pembuatan dan pemeliharaan saluran irigasi yang ada. Sementara Kasubdin Pengairan Dinas Kimpraswil Provinsi Jambi, Jajang ............... yang coba dihubungi Media Jambi via ponsel, Minggu lalu tidak juga memberi jawaban guna penjelasan kondisi irigasi yang ada. (tim)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar