Senin, 29 Juni 2009

Mata Pilih Kecil, Capres Ogah ke Jambi

MEDIAJAMBI – Di antara ketiga pasang calon presiden yang bertarung pada Pilpres 2009, hingga berakhirnya masa kampanye 4 Juli mendatang tak satupun dari mereka dapat dipastikan berkampanye di Provinsi Jambi. Menurut Pengamat Politik dan Pemerintahan Dasril Radjab, SH, MH hal itu disebabkan kecilnya jumlah mata pilih di bumi Sepucuk Jambi Sembilan Lurah dibanding daerah lain.
Berdasarkan data Komisi Pemi­lihan Umum Provinsi Jambi, total Daftar Pemilih Tetap (DPT) untuk Pilpres 2009 sekitar 2.197.422 mata pilih
Menurut Dasril, kecilnya angka DPT di Jambi dibandingkan de­ngan daerah lain merupakan salah satu faktor ketidakhadiran Mega­wati Sukarno Putri, Susilo Bambang Yudhoyono dan Jusuf Kalla tiap jad­wal kampanye yang sudah di­ten­tukan di Jambi.
“DPT di Jambi kecil jadi wajar saja jika Mega, SBY dan JK memilih berkampanye di daerah yang jum­lah mata pilihnya besar,” kata Dasril.
D Jambi khusus SBY mungkin le­bih rileks karena berdasarkan per­olehan suara Pileg lalu, suara ke 24 partai koalisi itu cukup signifikan. Belum lagi ditambah peran Guber­nur Jambi, H. Zulkifli Nurdin yang notabene ketua DPW PAN Propinsi Jambi, dan tokoh – tokoh Jambi lain­nya yang tergabung dalam orga­nisasi pemenangan SBY – Budiono sebagai Presiden dan Wakil Pre­siden.
“Kondisi ini tentu mengun­tung­kan bagi SBY, tapi masing – masing ku­bu saling intip. Makanya untuk me­ngimbangi ini, kubu JK mengu­tus Wiranto sampai 2 kali ke Jambi. Se­mentara kubu Mega belum ke­liatan,” imbuhnya.

Belum Ada Jadwal
Seperti yang disampaikan Ketua Tim Kampanye Daerah SBY – Bu­diono Propinsi Jambi, Drs As’ad Syam, MM hingga 4 Juli men­datang, pihaknya belum menda­pat­kan kepastian apakah SBY maupun Budiono bakal berkampanye di Jam­bi. “Hingga kini belum ada kon­firmasi dari Timkamnas bahwa SBY maupun Budiono akan berkam­pa­nye di Jambi,” kata As’ad kepada Media Jambi, Jum’at (26/6) lalu.
Hal yang sama juga dikatakan oleh Edi Purwanto dari Tim Kam­pa­nye Provinsi Mega – Prabowo. Ka­ta dia, kemungkinan besar ja­goannya berkonsentrasi ke daerah – daerah yang jumlah mata pilih banyak.
“Berdasarkan informasi bahwa di Jawa elaktibilitas Mega – Pra­bowo sangat dominan dibanding yang lain. Maka dari itu, ke­mungkinan besar terkonsentrasi kam­panye di sana dan daerah de­ngan basis suara yang besar. Di Jambi cukup tim saja,” kata Edi.
Yoni Lesa, mahasiswa Program Studi Pemerintah STIPOL Nurdin Hamzah mengaku kecewa karena tak satupun kandidat calon pre­si­den datang ke Jambi. Padahal ajang kampanye saat ini waktu yang ia tunggu – tunggu untuk lebih kenal secara dekat dengan kandidat. Tapi ni­at itu terpaksa ia urungkan karena hingga berakhirnya masa kampa­nye 4 Juli mendatang, dipastikan calon presiden tidak akan berkam­panye di Jambi.
“Terus terang saya sedih dan ke­cewa karena hingga saat ini tak sa­tu­pun dari calon presiden perhatian dengan Jambi. Jambi kan Indonesia juga, sama seperti daerah Jawa sa­na” kata mahasiswa angkatan 2007 itu.
Hal senada diungkapkan Riyan­ti, mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Jambi. Kata dia sekecil apa­pun Jambi adalah bagian integral bangsa Indonesia. Kendati kecil ma­ta pilihnya, Jambi butuh perha­tian.
“Janganlah melihat Jambi dari mata pilih, tapi lihatlah Jambi seba­gai bagian integral bangsa ini yang juga butuh diperhatikan, temuilah warga disini seperti menemui warga di daerah lain” tuturnya berharap. (tot)

Lagi-lagi Bang Zul Marah

MEDIA JAMBI–Lagi-lagi H Zulkifli Nurdin marah. Kalau sebelumnya Bu­pati dan Walikota korban dam­prat­annya, kali ini wartawan yang ia undang untuk jumpa pers di Sekretariat DPW PAN Provinsi Jambi, Rabu (24/6) lalu jadi sasaran amarahnya.
“Cari rezeki yang halal saja. Ja­ngan cari makan dengan memba­lik­kan fakta dan intrik-intrik. Jangan mem­buat berita ilusi-ilusi saja, harus berimbang. Cari rezeki seperti itu jelas mudarat,” umpat Zulkifli Nur­din kepada wartawan yang ha­dir. Entah kepada siapa kemarahan itu tidak begitu jelas.
Kemarahan Ketua DPW PAN Pro­pinsi Jambi itu berawal dari ke­tidak-senangannya atas sejumlah pemberitaan yang dimuat di media masa lokal terkait pengunduran dirinya sebagai ketua dengan alas­an ada konflik di tubuh PAN Jambi. Menurut dia itu tidak benar, tapi di­tulis sebaliknya. “Tidak ada konflik di DPW PAN Jam­bi, tapi biar koran­nya laku, se­ngaja buat berita konflik trus, ditarok di halaman satu. Apa dak kacau Jam­bi ini. Ini juga meng­hancurkan partai saya,” imbuh Zul.
 “Soal pengunduran diri, itu urus­an pribadi saya dan murni untuk ke­pentingan masyarakat Jambi. Tidak ada pertimbangan politis,” katanya.
Berdasarkan catatan Media Jambi, Gubernur Jambi itu acapkali sewot. Sebelumnya ia pernah ber­si­tegang dengan mantan Bupati dan Bupati Tanjab Barat, Usman Er­mulan dan Syafrial. Kemudian de­ngan Bupati Kerinci, Murasman. Bah­kan saat hendak maju sebagai Gu­bernur kedua kalinya, ia nyaris adu jotos dengan pendemo yang me­nolak pemberian pemuda award oleh KNPI Provinsi Jambi di zaman Amin Nasution.(tot)

Kebakaran Hutan Mencemaskan

MEDIA JAMBI –Pada musim ke­marau belakangan ini kebakaran hutan dan lahan di Provinsi Jambi se­makin mencemaskan. Pantauan Satelit North Ocenanic Atmospheric Administratiaon (NOAA) menunjukan terdapat 147 titik api pada bulan Juni ini.
Titik api tertinggi pada 14 Juni sebanyak 27 titik diikuti tanggal 21 Juni 24 titik api, dan tanggal 23 Juni 23 titik. Untuk periode Januari hing­ga Juni 330 titik. Titik api terbanyak terjadi pada Juni, 147 titik dan bulan Mei 91 titik.
Kebakaran ini terjadi di sembilan kabupaten minus Kota Jambi. Ka­bu­paten Tebo memiliki titik api terbanyak 80 titik, Bungo 62 titik, Me­rangin 58 titik, Sarolangun 50 ti­tik, Batanghari 29 titik, Tanjab Timur 20 titik, Muarojambi 17 titik, Tanjab Barat 13 titik dan Kerinci satu titik.
“Kebakaran ini terjadi baik di lahan masyarakaat, lahan peru­sa­haan maupun hutan,” ungkap Sek­re­taris Pusat Pengendalian Keba­karan Lahan dan Hutan (Pusdal­karlahut) Provinsi Jambi Frans Tandipau kepada Media Jambi, Kamis pekan lalu
Dikatakan, pihaknya setiap hari selalu mengirimkan rekap hasil pan­tauan titik api ke setiap kabupaten/kota. Rekap ini dikirimkan ke Dinas Kehutanan dan Perkebunan kabu­paten/kota.
Adapun yang dikirim adalah titik koordinat tempat titik api berasal. Ini dilakukan agar api dapat dice­gah penyebarannya. Namun hing­ga kini belum ada balasan dari pihak terkait di kabupaten terkait keba­karan hutan yang terjadi. Sejauh ini tim Manggala Agni di empat daerah operasi (Daops) telah disiagakan untuk mengatasi kebakaran ini.
Kepala Balai Konservasi dan Sumber Daya Alam (BKSDA) Pro­vinsi Jambi Didy Wurjanto menga­takan pihaknya telah menyiagakan tim Manggala Agni sejak beberapa minggu terakhir. Tim yang ber­anggotakan 210 personil ditugas­kan untuk memadamkan api di kawasan hutan dan areal kon­servasi.
“Tapi tidak menunutup kemung­kinan jika tim juga ikut melakukan pemadaman di luar kawasan hu­tan,” katanya. (joe)

Pertahankan Areal Hutan Lindung

MEDIA JAMBI – PT Rimba Hutani Mas (RHM) yang beroperasi di Kabupaten Tanjab Barat berini­sitaif mempertahankan 10 persen dari konsesi yang didapatnya untuk kawasan lindung. Ini diperlukan untuk keseimbangan aspek pro­duksi, konservasi dan sosial eko­nomi masyakarat di sekitar kawa­san.
Kawasan yang dipertahankan itu berada di Kecamatan Tungkal Ulu dengan luas areal sekitar 9.688 hek­tar—yang disebut Kawasan Lin­dung Taman Raja.
“Ini adalah kawasan hutan pera­wan yang belum dijamah manusia,” kata Deputy Director Sustainabiliti & Stakeholder Engagement Asia Pulp and Paper Dewi P Bramono kepada Media Jambi, Selasa pekan lalu Kawasan Lindung Taman Raja merupakan bagian dari konsesi PT RHM yang merupakan bagian dari Sinar Mas Forestry sesuai SK Men­teri Kehutanan nomor 68/Men­hut-II/2004 pada tanggal 24 Maret.
Secara geografis kawasan lin­dung ini berada di ketinggian 40 hing­ga 500 meter dari permukaan la­ut (dpl). Kawasan ini memiliki to­pografi yang sangat beragam, de­lapan persen di bagian timur dan selatan, di bagian utara dan barat 40 persen dan cenderung berbukit.
Menurutnya ada beberapa alas­an pokok kenapa kawasan ini dija­dikan kawasan lindung. Yakni ka­rena topografi yang cenderung ber­bukit. Wilayah itu merupakan Da­erah Aliran Sungai (DAS) Sungai Asam. Airnya yang jernih menjadi sumber penghidupan bagi desa-de­sa sekitarnya seperti Lubuk Bernai, Taman Raja, Tanjung Bojo, Rantau benar dan Suban.
Selain itu kawasan lindung ini memiliki keaneka ragaman hayati baik satwa maupun fauna. Masih ter­dapat harimau sumatera di ka­wasan ini disamping macan dahan, beruang madu, tringgiling dan rangkong.
Begitu pula dengan kayu yang ada, adalah kayu alami seperti bulian dan mersawa. “Bagi warga di sekitar kawan lindung dapat meng­ambil hasil hutan non kayu yang tersedia,” katanya. Hasil hu­tan non kayu itu madu, getah, jer­nang, gaharu, rotan, tumbuhan obat dan lain sebagainya.
Yang terpenting, katanya ka­wasan lindung ini bersebelahan de­ngan Taman Nasional Bukit Tiga­puluh (TNBT). Sehinga diharapkan dapat menjadi kawasan peyangga TNBT. Dengan demikian, home range ba­gi hewan yang berada di TNBT akan semakin luas. “Kebera­daan kawasan ini hendaknya dapat dipertahankan fungsi ekologinya,” katanya.(joe)

Panwas Hadapi Banyak Kendala

MEDIA JAMBI—Menjelang pelaksanaan Pemilihan Presiden 8 Ju­li, sejumlah permasalahan masih di­hadapi pihak penyelenggara pe­milu. Sehingga berpotensi terjadi pe­langgaran dan kecurangan dalam pe­laksanaannya. Dibutuhkan upa­ya preventif dan antisipatif banyak pihak guna meminimalkan terjadi­nya pelanggaran pemilu.
Demikian terungkap pada Forum Diskusi Politik yang diseleng­ga­rakan Badan Kesatuan Bangsa, Po­litik dan Perlindungan Masyarakat (Bankesbang linmas) Kota Jambi, Kamis (25/6) lalu.
Anggota Panitia Pengawas Kota Jam­bi, Isman mengatakan, dugaan pe­langgaran pemilu masih didomi­nasi penggelembungan dan pengu­bahan hasil rekapitulasi perhitu­ngan suara. Politik uang, kampanye di luar jadwal dan melibatkan anak-anak.
“Empat hal ini akan mendominasi du­gaan pelanggaran pemilu,” ujas Isman. Pihaknya, akan melakukan pe­ngawasan secara acak sasaran yang berpotensi besar terjadi pe­langgaran. Panwas, juga masih diha­dapkan pada kendala rancunya pe­netapan Daftar Pemilih Tetap (DPT). Hal ini, menurut Isman ter­bukti masih adanya warga yang belum terdata dalam DPT.
Sedangkan di internal tim suk­ses, telah terjadi pelanggaran de­ngan memasang atribut calon pa­sa­ngan presiden pada jalan-jalan pro­tokol. Sedangkan Panwas tidak memiliki kewena­ngan mencabut langsung atribut kampanye yang jelas melanggar aturan.
Panwas hanya melaporkan telah terjadi pelanggaran tempat pema­sa­ngan atribut kampanye ke KPU Ko­ta. “Sayangnya, pelanggaran itu ha­nya bersifat administrasi,” sam­bung Isman. Sedangkan sanksi pe­langgaran administrasi, tidak diatur tegas dalam Undang-undang Nomor 42 tahun 2008 tentang sank­si administrasi. Sehingga timbul kecenderungan, tim tim sukses me­ngabaikan aturan yang ditetapkan untuk berkampanye.
Permasalahan lain, yaitu belum dilaksanakannya Bimbingan Teknis dari KPU Kota Jambi kepada Panitia Pemilihan Kecamatan, Panitia Pe­mungutan Suara dan Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara.
Bintek menjadi penting, meng­ingat sejumlah masalah yang per­nah terjadi pada Pemilihan Legis­latif April lalu. Seperti banyak KPPS yang tidak mengetahui cara peng­hitungan dan pengisian formulir sertifikat hasil perhitungan suara (formulir C1).
62 Petugas Pengawas Lapangan yang ada, juga tidak mencukupi ke­butuhan pengawasan maksimal di tiap TPS. “Padahal, jumlah TPS yang harus diawasi mencapai 1.333 TPS,” ujar Isman.
Anggota PPK Kecamatan Jambi Ti­mur, Syamsi mengatakan, masih ada PPS yang tidak mengetahui PPL di kelurahannya masing-masing. Kondisi ini membuat ko­ordinasi antar PPS, PPL dan Pan­was menjadi tidak terjalin.
“Disamping masih banyak for­mulir C1 yang hilang di jalan,” ung­kap Syamsi. Pengalaman ini, me­nuntut pihak KPU dan Panwas mam­pu memberi bimbingan teknis pelaksanaan menjelang Pilpres mendatang.

1.014 Personil Kepolisian
Ke­polisian Kota Besar Jambi, me­nyi­apkan 1.014 personil yang akan di­terjunkan guna mengamankan pe­laksanaan Pilpres. Kekuatan ini akan dibantu 9 personil Satgas intel, 31 Satgas preventif, 12 satgas Gak­kum, 9 Satgas Propam, 6 Satgas Ro­lakir dan tujuh Satgas Bantuan Ope­rasi. “Juga akan ditempatkan 134 ang­gota TNI dan 2.678 hansip ter­se­bar di delapan Kecamatan di Ko­ta Jambi,” ujar Trisno R, Kabag Ops Poltabes Jambi dalam papar­annya. Sejumlah operasi, juga akan dila­ku­kan menjelang, saat pelak­sanaan dan setelah masa pemu­ngutan sua­ra.
Operasi dimaksud, yaitu operasi Pe­kat Siginjai, Operasi Simpatik 20­09, operasi Zebra Siginjai, Operasi Jaran Siginjai 2009 dan Operasi Pa­tuh Siginjai 2009. Operasi dila­ku­kan, untuk mengantisipasi timbul­nya gejolak dan kemungkinan tindakan kriminal saat pilpres.
“Poltabes juga memberdayakan da’i Kamtibmas untuk mensuk­ses­kan pemilu 2009 dengan cara tidak golput,” ujar Trisno.(yen)

Rabu, 24 Juni 2009

Berita Kota

Lahan PertanianTerancam Kekeringan

MEDIA JAMBI—Ribuan hektar areal pertanian di beberapa tempat di Provinsi Jambi terancam kekeringan. Selain faktor musim kemarau, kondisi ini terjadi akibat minim dan kurangnya perawatan pada saluran irigasi yang ada.
Pantauan Media Jambi di Desa Danau Kedap Kecamatan Maro Sebo Kabupaten Muarojambi, Jum’at (29/5) lalu menggambarkan, seluruh areal sawah terancam kekeringan. Bahkan dipastikan petani, jika dalam dua minggu kedepan hujan tidak turun, maka mereka tidak akan bisa menanam padi.
“Padahal, sawah ini mata pencaharian kami sehari-hari,” ujar Suhaimi, warga RT 05 Desa Danau Kedap Kabupaten Muarojambi. Dari tahun ketahun, produksi yang dihasil sawah Suhaimi terus berkurang.
Pertumbuhan padi di tiap petak tidak tumbuh merata. Hanya bagian yang tergenangi air dapat tumbuh subur dan memberikan hasil maksimal. Sejauh ini, tidak ada irigasi teknis maupun non teknis yang mengairi areal sawah di Desa Danau Kedap.
Untuk mencukupi kebutuhan air, petani menahan air dari sungai menggunakan jerami membentuk pematang-pematang. Dari genangan ini, petani kemudian menanam padi. Dalam setahun, petani hanya dapat menanam satu kali dengan hasil yang sangat minim. Untuk tiga bidang berukuran sekitar setengah hektar, petani hanya memperoleh sekitar 40 karung gabah.
Jumlah ini, hanya cukup untuk kebutuhan makan satu keluarga selama setahun dan tidak dapat dijual. Padahal, menurut Suhaimi, sebagian petani tidak memiliki pekerjaan sampingan selain bertanam padi.
Ketika musim kemarau, sebagian besar warga desa terlihat membersihkan rumput ilalang yang tumbuh memenuhi sawah. Rumput ini tumbuh, karena sawah tidak tergenang air sehingga menyulitkan mereka menanam padi.
Nilawati, warga RT 01 mengatakan, dibutuhkan waktu hingga dua bulan untuk membersihkan lahan dari rumput. “Kalau dibiarkan begini, kami tidak bisa menanam padi,” ujar Nilawati sambil menyabit rumput.
Menurut Nilawati, sekitar tahun 2004 pernah ada rencana membangun saluran irigasi di Danau Kedap. Namun sayang, hingga kini rencana tersebut belum juga terealisasi. Sehingga produksi yang dihasilkan tidak maksimal dan petani selalu terancam kekeringan.
“Padahal, ratusan hektar sawah disini sangat membutuhkan irigasi untuk menjamin pasokan air,” tambah Nilawati.
Sekarang, dalam satu tahun mereka hanya memperoleh 15 karung gabah. Jumlah ini, sangat jauh berkurang dari produksi tahun-tahun sebelumnya. Musim tanam hanya bisa satu kali dalam setahun. Masa tanam ini, mencapai enam bulan lebih. Karena dipengaruhi musim dan tergantung pada debit air sungai yang mengairi sawah.
Saman, Warga RT 05, memanfaatkan pinggiran Sungai Batanghari untuk bertanam padi dan jagung. Namun tetap saja, kondisi musim kemarau mengancam tanaman padi mereka. Terlebih, sama sekali tidak ada pengairan yang dibuat di petak-petak sawah mereka.

Tidak terawat
Pantauan Media Jambi di Desa Mekar Sari Kecamatan Kumpe Ulu Kabupaten Muarojambi, Sabtu (30/5) memperlihatkan, sebagian besar pintu air tidak terawat dan kurang terurus.
Di beberapa tempat, atap atau penutup pintu air terlihat rusak, sedang di tempat lain, pintu air tersumbat sampah dan ilalang yang memenuhi kanal-kanal. Amri, Petugas Penyuluh Lapangan (PPL) Desa Mekar Sari mengatakan, di desa ini terdapat 3.000 hektar lahan pertanian. Dari jumlah itu, 1.000 hektar merupakan lahan jagung dan tanaman palawija lainnya.
Terdapat 33 pintu air dengan jarak 1,5 kilometer setiap pintu air. Diakui, banyaknya rumput yang memenuhi saluran primer dan sekunder menyebabkan aliran air tidak lancar keseluruh areal pertanian.
“Diperlukan upaya normalisasi saluran primer dan sekunder di sepanjang aliran air,’ ujar Amri, Minggu (31/5) lalu. Upaya ini, menurutnya dapat dilakukan dengan membersihkan kanal dari rumput dan ilalang yang tumbuh subur.
Kabag Perencanaan Dinas Pertanian Provinsi Jambi, Fachruddin mengakui, infrastruktur jaringan pedesaan seperti saluran irigasi di Jambi masih minim. Sebagian besar petani areal pertanian masih mengandalkan sawah pasang surut, sawah lebak, tadah hujan.
“Irigasi teknis dan non teknis memang sedikit,” ujar Fachruddin. Irigasi teknis hanya terdapat di Kabupaten Kerinci, Bungo, Tebo dan sebagian Kabupaten Merangin. Diakui pula, saluran irigasi yang memadai akan meningkatkan produktifitas dan luas tanam para petani.
Syarat irigasi teknis, harus memiliki sumber air seperti waduk dan pengedaman. Daerah Muarojambi, khususnya Desa Danau Kedap sendiri tidak memiliki sumber air yang cukup untuk dibuat saluran irigasi teknis.
“Daerah Muarojambi malah menjadi daerah pembuangan air,” ujar Fachruddin. Untuk Desa Danau Kedap, sistem pengairannya cocok menggunakan irigasi model pompa. Yaitu memompa air dari sungai untuk kemudian dialirkan ke areal pertanian yang ada di Danau Kedap.
Pembangunan teknis saluran irigasi, adalah tanggung jawab Dinas Kimpraswil. Sedangkan Dinas Pertanian bertanggungjawab pada irigasi ditingkat petani dalam bentuk pengolahan air di petak-petak sawah.
Disebutkan Fachruddin, pada tahun 2009 dan 2010 akan diturunkan Dana Alokasi Khusus (DAK) dari pemerintah pusat ke tiap Pemerintah Kabupaten/Kota, untuk pembangunan irigasi dan pencetakan sawah baru.
Data Media Jambi menyebutkan, dalam PPAS APBD Provinsi Jambi tahun 2009, disiapkan anggaran sekitar Rp 36 miliar guna pembuatan dan pemeliharaan saluran irigasi yang ada. Sementara Kasubdin Pengairan Dinas Kimpraswil Provinsi Jambi, Jajang ............... yang coba dihubungi Media Jambi via ponsel, Minggu lalu tidak juga memberi jawaban guna penjelasan kondisi irigasi yang ada. (tim)